Rabu, 20 Juni 2012

Purwodadi--Dirumah angsa wid



Atas permintaan lisan dari angsa wid pangkat angsa tahun kedua, NIP G2A0091**, maka akan saya ceritakan tentang apa yang saya lihat dan saya temukan atas rumah tempat tinggal angsa wid di PWDD, sekitar 2 jam dari semarang. Tujuan permintaan penulisan ini adalah atas dasar promosi agar pembaca yang tertarik dapat berkunjung ke rumah angsa wid. Seru lo…

Busway trans semarang
20 Februari 2011. Busway adalah sarana transportasi yang bisa dibilang baru di semarang. Emang udah bertahun-tahun sih. Tapi baru kali ini bisa mencobanya. Tiketnya 3500 jauh dekat sama saja. Sistem nya sih kaya ada bus stop nya cuma berhenti di tempat-tempat tertentu. Nyaman sih, ada AC nya, gak terlalu panas, karena pintunya tinggi banget jadi mesti naik dari bus stopnya, trus ada kaya jembatannya gitu yang diselorotin ke bustopnya so para penumpang bisa pada naik ke busway. Tempat duduk sangat minimal, jadi kebanyakan pada berdiri, ada pegangannya gitu. Guncangannya bok bikin tangan eritem, eritema Palmaris, tanda dari apa hayo??

Bus Besar
Katanya kalo bisnya besar berarti mau ke pwdd. Jadi pilih aja bus yang paing besar. Naik bus, duduk di sebelah sayap kanan, diatas ban. Awalnya aku takut banget cos aku kan mabuk darat, apalagi kalo bus nya model damri, tapi ternyata gak ada apa-apa syukurlah. Sempat mulek-mulek soalnya banyak yang ngrokok di belakang. Disetengah perjalanan terakhir, ada orgil yang duduk disebelah kiriku. Bangkunya ada tiga, dengan urutan orgil, aku, angsa wid. Pertamanya gak begitu yakin apakah benar yang disebelahku orang gila. Tingkahnya agak aneh, ngomong gak terlalu jelas, logore pula. Karena kucuekin maka tu orgil mulai bertingkah aneh, mlorot, tidak tenang dan yang paling membuatku tidak tenang adalah dia mulai gelayutan di pundakku. Males juga digodain, sama orang gila lagi. Mau pindah susah, mau teriak mempermalukan diri, mulai cari cara untuk menjinakkannya, aku sudah terlatih di RSJ kan, bisa sambil belajar juga. Mulailah kuajak ngobrol.
Orgil ngredumel. Kupikir orang mabok, karena kalo mabok kan ngredumel juga. Tapi gak bau alcohol. Masnya ada hendaya dalam perawatan diri, keliatan sih gak pernah mandi ato gaya punk, rak jelas. Aku lupa memulainya dengan apa.
“mas  nya punya kelebihan gak kalo dibandingin sama orang lain, bisa lihat sesuatu gitu..?”
“bisa sih tapi gak boleh diceritain kesiapa-siapa.”
“dari smg tadi ngapain”
“ketemu bidadari…bla…bla” suarane gak jelas
Aku jadi teringat akan kisah tujuh bidadari dan jaka tarub “ ada 7 mas bidadarinya?”
“ bidadarinya ada 4, semuanya cantik-cantik, bla- bla…..”, “saya udah punya anak mbak, anak saya masih kecil (dia sambil memperagakan menggendong anak), baru kemaren lahir”
Kemudian dia cerita lagi kalo itu anak saudaranya (plin-plan), dia sudah duda selama 15 tahun, sekarang usianya 12 tahun (kok bisa? Non realistic), (padahal sih usianya sekitar duapuluh tahunan, masih muda.
Aku mengerutkan dahi, kok kayaknya agak mustahil d, dia lalu bilang, “kenapa? Gak percaya, gak percaya, gak percaya?” (dia ngulang-ngulang itu terus verbigerasi kali ya, setiap dirasa aku kurang percaya”
“pekerjaan saya adalah sebagai pengawal, saya mengawal semua orang yang ada di bus…bla…bla…bus ini yang punya teman saya, bla-bla….”
Pada intinya sih dia ngerasa kalo banyak dipuja wanita, dia mulai mengeluarkan hp nya, nokia jadul, trus aku ditunjukin sms, entah dari mana, pemujanya katanya, aku disuruh baca. Masalahnya adalah aku tak bisa membacanya karena gak bawa kacamata dan kedua karena di bus apalagi jalan menuju pwdd kaya naik naik kereta kuda, walhasil aku tak tau apa isinya, dia menyuruhku membaca seluruh inbok nya. Hosh capek deh. Kupegangin hp nya lama banget, untunglah aku tak berniat jahat mencopet hpnya, gak laku juga masalahnya.
Dia mengeluarkan barang-barang yang agak mencurigakan, cologne gel dan krim pemutih merek ya lumayan terkenal lah, semuanya barang wanita. Dari bentuknya sih masih baru. Dia mulai menawariku, aku menolak, males banget pake wangi2an yang sama dengan orgil. Tapi karena dia pakenya agak lebai jadinya nyiprat-nyiprat ke tasku
Nah dari penjelasanku tadi? Maka diagnosis dari orgil di bus adalah?
a.       Orang normal yang pura-pura gila supaya bisa kenalan sama koas cantik
b.      F.20.0
c.       F.20.1
d.      F.20.2
e.      F.20.3

At home
Pertama kali datang ke rumah, rumahnya luas banget. Rumahnya dibagi dua, sebelah kiri untuk BP sebelah kanan untuk tempat tinggal. Di depan rumah ada tulisan “balai pengobatan dan rumah bersalin ngudi waras- jalan solo km 7”, BP nya lumayan rame, ibu angsa wid ternyata banyak penggemar. Baik bapak dan ibu angsa wid ternyata orang kesehatan juga. Ada VK nya juga beserta 3 kamar untuk rawat inap.
Mulai dari halaman depan. Banyak pohonnya dan taneman2 gitu, ada air terjun2an, ada kolamnya gitu. Berbagai jenis tanaman kayaknya ada, baik yang di pot atau di tanam di tanah. A lot of green lah pokokke. Aku gak terlalu tahu jenis tanaman, jadi ketika diterangin angsa wid, ya manggut-manggut aja, kata wid tanaman ini udah lumayan berkurang disbanding dulu, mungkin yang dulu kaya hutan kali ya. Pager minimalis, yang didepan BP gak ada pagernya, jadi agak medeni padahal dua mobil wid terparkir disitu.
Teras rumah. Ada meja kursi. Ya kaya teras pada umumnya. Yang unik adalah dinding depan rumah. Mulai dari ujung kanan, tembok nya gaya batu-batuan air terjun, selanjutnya batu2an juga namun warnanya lebih gelap kata batu pualam kali ya, trus mozaik pattern diatas kaya ubin gitu, yang ini ada tiga sampai empat jenis, ada tembok berlubang menyerupai pola gitu (susah dijelaske), kata wid hal ini dikarenakan berbeda tahun pembuatannya.
Ruang tamu. Banyak keramik2an, hiasan rumah, detail, ada yang terbuat kaya dari giok2an yang warna putih itu lo, batu pualam kali ya (embuh lah bukan ahli keramik), terlalu penuh malah, selera orang berbeda, kalo aku sih suka rumah yang gak terlalu banyak asesorisnya.
Ruang keluarga. Na ini yang paling seru. Ada banyak foto keluarga. Baru kutemui disini, sebanyak ini, hal ini menunjukkan identitas pemilik rumah, sekaligus mengingatkan sejarah kehidupan dari masing-masing angota keluarga, kaya di galeri foto lah, gak bakal bosen, ada foto angsa wid pas lagi kecil, selebihnya sih foto wid sama aja, kayaknya awet muda deh. Wajahnya gitu-gitu aja, gak brubah.
Kamar tidur, totalnya sih ada empat kalo gak salah. Kita tidur di kamar paling dalam. Kasurnya spring bed. Salah satu ciri kamar yang nyaman adalah kamar yang bisa membuatku tidur nyenyak. Dan saya tidur dengan amat sangat nyenyak dari jam 9 hingga jam 6 pagi. Hihihi. Gak sopan ya.
Dapur. Ya kaya dapur. Ada ruang makannya juga. Padahal gak pernah aku makan di meja makan, walau di rumah ada meja makan. Lebih suka di depan tv. Era modern mungkin. Tapi kalo ditempat wid sebaiknya sih makan di meja makan aja, soalnya gak bakal sempet kalo disambi nonton tv, soalnya sekali makan menunya lebih dari 5 macam, jadi sibuk ngincipi.
Makan malam. Makan sate kambing, jamur goreng, bukan mie biasa, tahu, apalagi ya saking banyaknya jadi lupa. Maksudnya bukan mie biasa itu mie nya ada sosisnya, ayamnya serta aseroris lainnya. Kalo makan ditempat wid, gak usah malu-malu, ntar malah disuruh nambah terus lo, setiap menit secara bergantian bapak dan ibu angsa wid, menawari makan ini itu, nambah, buah.
Makan pagi. Jam 6 pagi aku terbangun karena mendengar “ngieeekkkkkk…”, kayaknya sih suara ayam tewas tersembelih. Sepulang dari gereja baru deh sarapan. Sarapannya kaya gala dinner. Ada pindang campur sate, kering tempe, tahu, jamur, telur, gudangan, bagian dari ayam, telur, dan lain-lain (sampe gak inget) plus karak solo. Habis makan gala dinner jadi ngantuk berat karena darah yang seharusnya dipompa jantung ke otak harus dialirkan ke perut untuk proses pencernaan à jadinya somnolen deh.
Aku jadi ketiduran di kursi panjang yang ada di ruang keluarga soalnya kan tiduran sambil nonton tv, akhirnya karena ngeliat muka bantalku maka ibu angsa menyarankan tidur dikamar. Langsung dek ke kamar. Zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz. Jam satu bangun untuk makan siang. Kali ini kembali ke habitat, makan didepan tv, ditemenin ayam n sop n kering, sebenarnya masih banyak menu lainnya di meja.

Kereta api
20 Februari 2011. Kata mother aku dulu udah pernah naik kereta, waktu masih orok. Ya jelaslah aku gak ingat. Maka setelah aku mendapatkan keberanian maka aku bersama angsa wid tour ke pwdd, pulangnya naik kereta. Blora jaya ekspress. Nyegat keretanya di stasiun Ngrombo, stasiun kecil, jaraknya sekitar 30 meter dari rumah angsa wid, alias didepan rumah angsa wid, cedak banget. Harga tiket 15rb. Sepanjang perjalanan adanya sawah. Dapetnya tiket berdiri, gak ada tempat duduk, akhirnya setelah setengah jam berdiri akhirnya kami gelesotan juga di dalam kereta. Penumpang lainnya juga gelesotan juga akhirnya setelah desperate karena gak bakal dapet tempat duduk. Keretanya lumayan bagus sih modelnya, bayanganku kereta ekomomi itu kayak bus damri tahun 76 yang udah sempal n gak bangetlah, tapi ini interiornya berwarna orange sampai dengan lantainya , pintunya juga gak rusak, masih bisa nutup otomatis. Pintunya tingginya sekitar satu meter, jadi orang sakit jantung mending gak usah naik kereta. Udah kaya koboi aja cara naiknya dibantuin angsa wid, yang kebetulan dia lumayan professional kalo naik kereta. Setiap kali di stasiun, kami berhenti cukup lama, usut punya usut ternyata kereta ekonomi harus ngalah membiarkan kereta bisnis ato eksekutif untuk jalan duluan. Akibatnya kita telat 45 menit sampai di stasiun poncol, aku sih seneng-seneng aja, naik keretanya jadi tambah lama, tapi biayanya sama aja. Hihihi. Setelah sampai poncol, di peron, lumayan banget peron nya kaya di film harry potter, jelekan dikit. Banyak yang njemput kita ternyata, hahaha, ada tukang becak, tukang angkot, tukang taxi. Kita tinggal pilih mau dianter siapa.

Taxi
Pulangnya naik taxi, biasa aja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar