Senin, 09 Maret 2015

Obat Konvensional VS Obat Tradisional

Riwayat penulisan ini, dulu waktu kuliah semester akhir, ada mata kuliah pilihan, banyak sih dan boleh milih. waktu itu aku pilih mata kuliah obtrad (obat tradisional). Jadi ya meski aku menginjakkan kaki di dunia medis sebenernya juga tidak menutup mata pada dunia tradisional atau alternatif. Waktu praktek di kaligawe juga sebelah klinik ku juga pengobatan tradisional, sering2 ngobrol juga sama yg empunya klinik. Mungkin jodoh kali ya sama obtrad, untuk lebih jelasnya mari kita bahas perbedaannya...

Obat konvensional adalah obat atau bahan obat yang biasa diresepkan dokter kepada pasien untuk mengobati penyakitnya. Bentuknya bermacam-macam, bisa tablet, kapsul, puyer atau sirup. Obat konvensional ada yang bermerek paten dan ada yang generik, dimana keduanya sama-sama memiliki kandungan bahan aktif obat yang diketahui struktur kimianya.
Obat tradisional, biasa dikenal dengan sebutan jamu, adalah obat yang menggunakan bahan-bahan atau ramuan tumbuhan (herbal), hewan, mineral atau campuran bahan-bahan tersebut. Obat tradisional dipercaya dan digunakan secara turun-menurun dari suatu daerah atau negara tertentu.
Selain obat konvensional, dunia farmasi juga memasarkan obat herbal seperti Euchenecea yang merupakan obat immunostimulator yang berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh. Selain itu bahan madu yang mengandung flavonoid tinggi seperti propolis juga berguna sebagai immunostimulator. Bahan-bahan teh sebagai laksansia memperlancar buang air besar. Jambu dan ekstrak daun jambu dipercaya mempercepat kembalinya jumlah trombosit pada sakit demam berdarah.
Ada juga yang disebut Fitokimia, berasal dari kata “fito” yang berarti tumbuhan dan “kimia”, aneka ragam senyawa yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan, jadi di dalam tumbuhan tersebut memiliki kandungan metabolit kimia yang berfungsi sebagai obat. Minyak atsiri  misalnya digunakan sebagai aromatherapy untuk mengatasi pegal, rasa sakit di otot, sakit sendi, detoksifikasi dan bersifat menenangkan. Antibiotika penicilin juga dihasilkan dari sejenis jamur.
Bawang putih yang sehari-hari kita temui di dapur mempunyai berbagai khasiat yang cukup populer, tergantung bentuk sediaan dan cara pakainya. Kandungan kimianya terdiri atas adenosin, tocopherol, aspartat, dan carotene. Ekstraknya banyak digunakan sebagai anti diabetes dan anti alergi. Bila dimakan dalam bentuk bahan segar berkhasiat sebagai anti kolesterol dan anti trigliserid. Bawang putih juga bersifat antibakteri dan antivirus, dipercaya juga sebagai antihipertensi, serta dapat mencegah kanker.
Jahe memiliki kandungan kimia minyak atsiri 2,5-3%. Sebagian besar digunakan masyarakat sebagai rempah-rempah. Jahe digunakan untuk meringankan berbagai gangguan percernaan dan mengaktifkan peristaltik. Dalam bentuk serbuk jahe dapat berfungsi sebagai anti muntah.
Kunyit dengan kandungan kimia curcumin, bermanfaat sebagai anti alergi yang dapat mengurangi keluhan asma, berperan sebagai anti bakteri dan anti inflamasi. Kunyit juga berkhasiat sebagai anti hepatotoksik yang meringankan berbagai gejala liver dan juga sebagai anti hiperlipidema.

Memilih Obat Tradisional
Pada saat ini, masyarakat cenderung beralih dari obat konvensional ke pengobatan tradisional atau jamu. Beberapa pakar tentang obat herbal menyebutkan jika jamu (obat tradisional) memiliki khasiat yang lebih efektif karena dalam satu tanaman obat memiliki berbagai macam kandungan, dimana kandungan tersebut secara sinergis bekerja memulihkan fungsi organ.
Meskipun dalam satu tanaman mengandung berbagai macam komponen obat, dosis masing-masingnya kecil sehingga meminimalkan efek samping serta dapat digunakan untuk jangka panjang. Namun dalam hal ini jamu tersebut harus mengandung bahan-bahan alami tradisional, bukan bahan tradisional yang ditambah obat kimia sehingga menyerupai jamu namun dengan dosis yang berlebihan.
Obat tradisional diklaim bekerja menatasi sumber penyakit, bersifat memperbaiki fungsi-fungsi organ dan menumbuhkan sel-sel yang mati. Dapat digunakan untuk mencegah berbagai penyakit Meskipun data penelitiannya belum ada, obat herbal dipercaya oleh sebagian masyarakat yang enggan menggunakan obat konvensional. Walaupun reaksinya lambat obat tradisional dapat digunakan dalam jangka waktu lama karena bersifat memperbaiki organ-organ yang rusak meski mekanisme spesifiknya belum diketahui.
Selama ini obat tradisional memang sering dipandang sebelah mata oleh dunia medis, meski tidak dipungkiri dunia medis saat ini juga mengakui adanya pengobatan herbal dan fitofarmaka. Alasan beberapa dokter mengapa tidak menggunakan herbal sebagai obat utama adalah karena proses pengobatan yang lama dibandingkan obat konvensional, juga terkadang beberapa herbal kurang praktis dalam sisi penyajian, misalnya harus diseduh dan disaring, sehingga repot dan menurunkan kepatuhan minum obat.
Sebagian besar obat tradisional belum terstandarisasi, jadi belum diketahui benar apa dan seberapa besar kandungan bahan aktif obat didalamnya. Obat tradisional diolah secara tradisional jadi belum melalui uji klinis, sehingga tidak diketahui bagaimana obat ini bekerja, bagaimana diserap dan dimetabolisme tubuh serta bagaimana setelah diproses dalam tubuh akan dibuang, apakah melalui ginjal atau melalui empedu, kemudian apabila dicampur dengan obat herbal lain atau obat kimia terdapat reaksi atau tidak.

Memilih Obat Konvensional
Dari segi medis, sampai saat ini untuk proses penyembuhan seorang pasien sebagian besar memang masih menggunakan obat konvensional. Obat-obatan tersebut memang sudah memiliki ijin dari badan kesehatan dunia (WHO).
Obat konvensional memiliki referensi yang kuat dari dunia. Karena obat itu sebelum dikeluarkan untuk dipakai pada pasien harus melalui proses penelitian dan uji klinis yang panjang, bisa 10 sampai 20 tahun. Pertama diujikan pada binatang baik yang sehat atau sakit, setelah berhasil baru diujikan pada manusia sehat. Dari situlah dapat diketahui bagaimana farmakologi obat, manfaat, efek samping, indikasi dan kontraindikasi obat tersebut, karna telah melalui proses penelitian yang panjang oleh berbagai ahli. Jika dalam uji klinis yang panjang tersebut salah satunya ada yang gagal maka obat tersebut belum mendapatkan ijin, jadi obat yang sudah disetujui oleh WHO itu harus benar-benar efektif dan aman untuk dikonsumsi manusia.
Masyarakat sering salah beranggapan kalau obat konvensional itu efek sampingnya banyak, hal ini jelas kurangnya pengetahuan masyarakat tentang obat, justru karna melalui penelitian yang panjang akhirnya diketaui efek sampingnya, selama efek tersebut tidak berbahaya dan lebih kecil dari manfaat obatnya kenapa tidak digunakan, dan juga efek samping tidak selalu muncul pada setiap orang.
Dari segi harga bervariasi, namun obat konvensional sedikit lebih mahal karena diolah dengan menggunakan teknologi yang canggih serta melalui berbagai macam penelitian yang dilakukan oleh para ahli kedokteran dan farmasi. Namun jangan kuatir masalah harga, karena jaman sekarang ada obat generik yang harganya jauh lebih murah dan efektivitasnya tak kalah dengan obat paten.
Sebenarnya obat konvensional pun berasal dari bahan tradisional yang diambil bahan aktifnya, sehingga merupakan bahan obat murni. Efek pengobatannya berlangsung cepat mengurangi keluhan pasien. Obat diberikan dengan tujuan tertentu. Ada yang sifatnya kuratif yaitu menyembuhkan misalnya antibiotik untuk menyembuhkan penyakit akibat infeksi bakteri. Ada yang sifatnya simptomatik yaitu mengurangi gejalanya, misalnya paracetamol untuk menurunkan demam. Ada juga yang sifatnya paliatif yaitu pengobatan yang fungsinya untuk mengurangi penderitaan pasien saja karena penyakit pasien yang tidak bisa disembuhkan seperti kanker stadium akhir.
Beberapa orang awam terkadang mengobati diri sendiri dengan mengkonsumsi obat racikan dengan membeli sendiri obat di apotek, hal inilah yang meningkatkan efek samping obat karena tidak diminum sesuai aturan apalagi kalo obat tersebut dicampur dengan obat herbal atau jamu, bisa terjadi reaksi obat yang tidak diinginkan.
Berkonsultasilah dengan dokter apakah obat yang anda minum saling berinteraksi atau tidak. Jangan sampai obat yang anda minum memiliki efek yang sama sehingga terjadi kelebihan dosis yang mengakibatkan meningkatkan efek samping.
Tidak semua masalah kesehatan dapat diatasi dengan pengobatan konvensional, dalam kenyataannya saat ini pengobatan tradisional telah dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas. Memperhatikan hal tersebut di atas dan terjadinya pergeseran pola penyakit dari infeksi ke degeneratif, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, mengakibatkan kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan pengobatan yang berkualitas.

Hendaknya masyarakat tahu keuntungan dan kerugian penggunaan obat konvensional maupun obat tradisional, sehingga dapat memilih dengan tepat mana obat yang sesuai dengan kebutuhan, bahkan kombinasi dimungkinkan selama tidak ada interaksi obat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar