Riwayat penulisan ini, dulu waktu kuliah semester akhir, ada mata kuliah pilihan, banyak sih dan boleh milih. waktu itu aku pilih mata kuliah obtrad (obat tradisional). Jadi ya meski aku menginjakkan kaki di dunia medis sebenernya juga tidak menutup mata pada dunia tradisional atau alternatif. Waktu praktek di kaligawe juga sebelah klinik ku juga pengobatan tradisional, sering2 ngobrol juga sama yg empunya klinik. Mungkin jodoh kali ya sama obtrad, untuk lebih jelasnya mari kita bahas perbedaannya...
Obat konvensional adalah obat atau bahan obat yang
biasa diresepkan dokter kepada pasien untuk mengobati penyakitnya. Bentuknya
bermacam-macam, bisa tablet, kapsul, puyer atau sirup. Obat konvensional ada
yang bermerek paten dan ada yang generik, dimana keduanya sama-sama memiliki
kandungan bahan aktif obat yang diketahui struktur kimianya.
Obat tradisional, biasa dikenal dengan sebutan jamu,
adalah obat yang menggunakan bahan-bahan atau ramuan tumbuhan (herbal), hewan,
mineral atau campuran bahan-bahan tersebut. Obat tradisional dipercaya dan
digunakan secara turun-menurun dari suatu daerah atau negara tertentu.
Selain obat konvensional, dunia farmasi juga
memasarkan obat herbal seperti Euchenecea yang merupakan obat
immunostimulator yang berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh. Selain itu bahan
madu yang mengandung flavonoid tinggi seperti propolis juga berguna sebagai
immunostimulator. Bahan-bahan teh sebagai laksansia memperlancar buang air
besar. Jambu dan ekstrak daun jambu dipercaya mempercepat kembalinya jumlah
trombosit pada sakit demam berdarah.
Ada juga yang disebut Fitokimia, berasal dari kata
“fito” yang berarti tumbuhan dan “kimia”, aneka ragam senyawa yang dibentuk dan
ditimbun oleh tumbuhan, jadi di dalam tumbuhan tersebut memiliki kandungan
metabolit kimia yang berfungsi sebagai obat. Minyak atsiri misalnya digunakan sebagai aromatherapy untuk
mengatasi pegal, rasa sakit di otot, sakit sendi, detoksifikasi dan bersifat
menenangkan. Antibiotika penicilin juga dihasilkan dari sejenis jamur.
Bawang putih yang sehari-hari kita temui di dapur
mempunyai berbagai khasiat yang cukup populer, tergantung bentuk sediaan dan
cara pakainya. Kandungan kimianya terdiri atas adenosin, tocopherol, aspartat,
dan carotene. Ekstraknya banyak digunakan sebagai anti diabetes dan anti
alergi. Bila dimakan dalam bentuk bahan segar berkhasiat sebagai anti
kolesterol dan anti trigliserid. Bawang putih juga bersifat antibakteri dan
antivirus, dipercaya juga sebagai antihipertensi, serta dapat mencegah kanker.
Jahe memiliki kandungan kimia minyak atsiri 2,5-3%.
Sebagian besar digunakan masyarakat sebagai rempah-rempah. Jahe digunakan untuk
meringankan berbagai gangguan percernaan dan mengaktifkan peristaltik. Dalam
bentuk serbuk jahe dapat berfungsi sebagai anti muntah.
Kunyit dengan kandungan kimia curcumin, bermanfaat
sebagai anti alergi yang dapat mengurangi keluhan asma, berperan sebagai anti
bakteri dan anti inflamasi. Kunyit juga berkhasiat sebagai anti hepatotoksik
yang meringankan berbagai gejala liver dan juga sebagai anti hiperlipidema.
Memilih Obat Tradisional
Pada saat ini, masyarakat cenderung beralih dari obat
konvensional ke pengobatan tradisional atau jamu. Beberapa pakar tentang obat
herbal menyebutkan jika jamu (obat tradisional) memiliki khasiat yang lebih
efektif karena dalam satu tanaman obat memiliki berbagai macam kandungan,
dimana kandungan tersebut secara sinergis bekerja memulihkan fungsi organ.
Meskipun dalam satu tanaman mengandung berbagai macam
komponen obat, dosis masing-masingnya kecil sehingga meminimalkan efek samping
serta dapat digunakan untuk jangka panjang. Namun dalam hal ini jamu tersebut
harus mengandung bahan-bahan alami tradisional, bukan bahan tradisional yang
ditambah obat kimia sehingga menyerupai jamu namun dengan dosis yang
berlebihan.
Obat tradisional diklaim bekerja menatasi sumber
penyakit, bersifat memperbaiki fungsi-fungsi organ dan menumbuhkan sel-sel yang
mati. Dapat digunakan untuk mencegah berbagai penyakit Meskipun data
penelitiannya belum ada, obat herbal dipercaya oleh sebagian masyarakat yang
enggan menggunakan obat konvensional. Walaupun reaksinya lambat obat
tradisional dapat digunakan dalam jangka waktu lama karena bersifat memperbaiki
organ-organ yang rusak meski mekanisme spesifiknya belum diketahui.
Selama ini obat tradisional memang sering dipandang
sebelah mata oleh dunia medis, meski tidak dipungkiri dunia medis saat ini juga
mengakui adanya pengobatan herbal dan fitofarmaka. Alasan beberapa dokter
mengapa tidak menggunakan herbal sebagai obat utama adalah karena proses
pengobatan yang lama dibandingkan obat konvensional, juga terkadang beberapa
herbal kurang praktis dalam sisi penyajian, misalnya harus diseduh dan
disaring, sehingga repot dan menurunkan kepatuhan minum obat.
Sebagian besar obat tradisional belum terstandarisasi,
jadi belum diketahui benar apa dan seberapa besar kandungan bahan aktif obat
didalamnya. Obat tradisional diolah secara tradisional jadi belum melalui uji
klinis, sehingga tidak diketahui bagaimana obat ini bekerja, bagaimana diserap
dan dimetabolisme tubuh serta bagaimana setelah diproses dalam tubuh akan
dibuang, apakah melalui ginjal atau melalui empedu, kemudian apabila dicampur
dengan obat herbal lain atau obat kimia terdapat reaksi atau tidak.
Memilih Obat Konvensional
Dari segi medis, sampai saat ini untuk proses
penyembuhan seorang pasien sebagian besar memang masih menggunakan obat
konvensional. Obat-obatan tersebut memang sudah memiliki ijin dari badan
kesehatan dunia (WHO).
Obat konvensional memiliki referensi yang kuat dari
dunia. Karena obat itu sebelum dikeluarkan untuk dipakai pada pasien harus
melalui proses penelitian dan uji klinis yang panjang, bisa 10 sampai 20 tahun.
Pertama diujikan pada binatang baik yang sehat atau sakit, setelah berhasil
baru diujikan pada manusia sehat. Dari situlah dapat diketahui bagaimana
farmakologi obat, manfaat, efek samping, indikasi dan kontraindikasi obat
tersebut, karna telah melalui proses penelitian yang panjang oleh berbagai
ahli. Jika dalam uji klinis yang panjang tersebut salah satunya ada yang gagal
maka obat tersebut belum mendapatkan ijin, jadi obat yang sudah disetujui oleh
WHO itu harus benar-benar efektif dan aman untuk dikonsumsi manusia.
Masyarakat sering salah beranggapan kalau obat
konvensional itu efek sampingnya banyak, hal ini jelas kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang obat, justru karna melalui penelitian yang panjang akhirnya
diketaui efek sampingnya, selama efek tersebut tidak berbahaya dan lebih kecil
dari manfaat obatnya kenapa tidak digunakan, dan juga efek samping tidak selalu
muncul pada setiap orang.
Dari segi harga bervariasi, namun obat konvensional
sedikit lebih mahal karena diolah dengan menggunakan teknologi yang canggih
serta melalui berbagai macam penelitian yang dilakukan oleh para ahli
kedokteran dan farmasi. Namun jangan kuatir masalah harga, karena jaman
sekarang ada obat generik yang harganya jauh lebih murah dan efektivitasnya tak
kalah dengan obat paten.
Sebenarnya obat konvensional pun berasal dari bahan
tradisional yang diambil bahan aktifnya, sehingga merupakan bahan obat murni.
Efek pengobatannya berlangsung cepat mengurangi keluhan pasien. Obat diberikan
dengan tujuan tertentu. Ada yang sifatnya kuratif yaitu menyembuhkan misalnya
antibiotik untuk menyembuhkan penyakit akibat infeksi bakteri. Ada yang
sifatnya simptomatik yaitu mengurangi gejalanya, misalnya paracetamol untuk
menurunkan demam. Ada juga yang sifatnya paliatif yaitu pengobatan yang
fungsinya untuk mengurangi penderitaan pasien saja karena penyakit pasien yang
tidak bisa disembuhkan seperti kanker stadium akhir.
Beberapa orang awam terkadang mengobati diri sendiri
dengan mengkonsumsi obat racikan dengan membeli sendiri obat di apotek, hal
inilah yang meningkatkan efek samping obat karena tidak diminum sesuai aturan
apalagi kalo obat tersebut dicampur dengan obat herbal atau jamu, bisa terjadi
reaksi obat yang tidak diinginkan.
Berkonsultasilah dengan dokter apakah obat yang anda
minum saling berinteraksi atau tidak. Jangan sampai obat yang anda minum
memiliki efek yang sama sehingga terjadi kelebihan dosis yang mengakibatkan
meningkatkan efek samping.
Tidak semua masalah kesehatan dapat diatasi dengan
pengobatan konvensional, dalam kenyataannya saat ini pengobatan tradisional
telah dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas. Memperhatikan hal tersebut di
atas dan terjadinya pergeseran pola penyakit dari infeksi ke degeneratif, serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, mengakibatkan kebutuhan
dan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan pengobatan yang berkualitas.
Hendaknya masyarakat tahu keuntungan dan kerugian
penggunaan obat konvensional maupun obat tradisional, sehingga dapat memilih
dengan tepat mana obat yang sesuai dengan kebutuhan, bahkan kombinasi
dimungkinkan selama tidak ada interaksi obat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar