Senin, 28 Mei 2012

Angsa muda dan Penasehat kepala

Grup Penasihat kepala mengelola bagian kepala dan leher para ikan, kepala ikan yang terdiri dari telinga, hidung dan tenggorok. Ditambah lagi sub bagian alergi dan yang paling lucu… larfarbreos. Dan anehnya subbagian larfarbreos paling minim pasiennya (ikan), mungkin karena tumpang tindih dengan bagian ‘Ratu’.

Mulai dari the Rule yang selalu diubah-ubah, dengan bermacam-macam syarat dan banyak kasus dan kompetensi yang harus dilakukan, membuat para angsa klepek2. Laporan kasus angsa muda yang seharusnya diundur ternyata g jadi, jadilah dia maju 2 kasus sekaligus dalam satu hari, padahal kasus yang satunya belum jadi…hehehe…(Nb. Laporan kasus adalah hal rutin yang hrs dilakukan oleh seorang angsa yang sedang belajar)

Di poli, kerjaannya melihat ikan2 kemampul tentu saja, banyak dapat ilmu terutama otologi…bahkan sampe2 angsa pasangan duet angsa muda juga kena otomikosis, ternyata banyak yang sakit oto…
kasus yang lainnya paling serumen dan furunkel. Obat yang sering digunakan adalah natrium diklofenak (kalo si ikan g darah tinggi-ingat ada natriumnya) 50 mgx2 p.r.n dan cefadroxil 500mgx2. Selain itu banyak ikan yang sakit alergi dan sinusitis.
Untuk kasus larfarbreos yang sering adalah TFA a.k.a tonsilofaringitis akut.

Pemeriksaan fisik standart, menggunakan alat2 yang menurut angsa aneh2, mulai dari lampu kepala yang bentuknya kaya punya tukang gali batubara, spekulum hidung, corong telinga, kaca laring dan juga berbagai macam jenis garpu tala.

Pengalaman mengikuti skin prick test di sub bagian alergi, ada berbagai macam alergen yang disiapkan. Tangan ikan dibersihkan dengan alkohol dulu. Lalu mulailah teteskan 1 tts histamin 1 tts kontrol pada lengan lalu di cukik (prick-a.k.a di cubles pake jarum, dikit aja jangan okeh2). Tunggu kira2 15 menit. Lihat indurasinya, jika lebih besar dari 1 cm, maka test bisa dilanjutkan. Mulailah teteskan berbagai macam alergen pada tangan ikan, lalu cukik. Tunggu 15 menit yang indurasinya sama ato lbh besar dari histamin, berarti si ikan alergi thdp alergen tsb. Perhatian: sebelum melakukan test ini paling tidak 3 hari tidak boleh minum antihisamin ato kortikosteroid…

Pengalaman mengikuti pemeriksaan transiluminasi, untuk mendeteksi adanya sinusitis…si ikan dimasukan ke dalam kamar. Suruh ngemut lampu yang udah ditutup pake plastik. Trus…PET..lampunya dimatiin, trus jadi gelap gulita kecuali sinus si ikan, kalo tampak kesuraman berarti si ikan mungkin sinusitis.

Pemeriksaan lainnya yang seru adalah di CDC, mulai dari audiotimpanometri, OAE alias otoakustik emission, endoskopi dan BERA. Di ruang audiotimpanometri yang suasanya kaya studio musik, soalnya dindingnya di redam pake karpet dengan ketebalan tertentu, mengunakan nada2 dasar dan bahkan ada juga efek masking dengan suara hujan. OAE yang tinggal dimasukin ke telinga trus bisa tau hasilnya apakah koklea masih bagus ato udah jelek. Endoskopi yang memasuki lubang hidung dengan semacam alat teropong…seru..trus kita bisa lihat dalemnya hidung tu gimana lewat monitor komputer. BERA, Cuma liat dari depan dimana si ikan di tidurkan pake diazepam juga boleh, trus gelombang otaknya direkam…

Operasi yang dihadiri, adalah kolesteatoma dan tonsilektomi, peserta operasi angsa dan angsa 3 dioptri, operasi dimulai pukul 10.00 dimulai dari operasi kolesteatoma. Dimulai dengan telinga ikan usia sekitar 10 tahun itu direndam dengan betadin. Operasi menggunakan mikroskop, baru kali ini liat operasi yang kaya gini. Selesai dengan cepat. Lalu gantian operasi dilanjutkan ke bagian tenggorok, oleh merak. Operasi pengambilan tonsil menggunakan pisau yang mengerikan dengan bentuk aneh kaya gunting. Mulai di gunting tu amandel, trus komplikasi lagi, tu ikan mengalami perdarahan. Trus di dep…g mempan, akhirnya pake besi apa y, aneh lah pokoke, smua dimasukan ke dalam mulut ikan itu, ditarik pake besi yang lain ke luar, didiamkan beberapa menit. Trus dep lagi…akhirnya operasi selesai jam 15.00, ngeleh e poll…gara2 ini baju OK angsa ilang,,,huh…

Jaga bangsal, angsa muda jaga bareng angsa bubi. Entahlah kenapa si angsa bubi menyarankan untuk mengambil kasus bangsal, padahal biasanya kan ngambil di poli. Dari sinilah tragedi terjadi… pasien ikan kutuk dengan keluhan utama ingin timpanoplasti, keadaan umum ikan sangat bagus, tiba2 si angsa bubi mengajak ikan kutuk masuk ke nurse station untuk diajak anamnesis. Anamnesis dibuat suasana ngobrol agar suasananya g terlalu aneh, angsa mah nurut aja sama angsa bubi, tiba2 angsa bubi ngomong ke ikan kutuk “mas, ini lo, si angsa belum punya pacar”…

Dalam hati angsa, (buset, apa hubungannya antara timpanoplasti dengan aku yang g punya pacar)
Ikan kutuk, senyum2 aje…
Keesokan harinya, data laporan harus dilengkapi, karena ikan bubi ada hal yang harus dilakukan, maka angsa lah yang harus melakukan pemeriksaan fisik tu pasien sebelum di timpanoplasi, so mulailah angsa memegang tangan si ikan kutuk mengecek nadi (sebenarnya ini hal yang wajar dalam pemeriksaan fisik).
“mas pinjem tangannya, saya ukur nadinya” *dan setelah jadi dokter saya baru tahu sebenarnya mengukur nadi gak perlu2 banget kl pasenya gak gawat/darurat...

Tampang ikan kutuk berubah jadi aneh, angsa g peduli, trus mulailah nanya2 tentang pekerjaan dan nomer telpon yang memang di laporan harus ada…mungkin tu ikan salah tangkep kenapa angsa hrs minta no telpon, ikan kutuk juga minta no telpon angsa dengan berbagai alasan medis, dan angsa memberikannya (disini kesalahannya)…
Setelah pemeriksaan pre operasi mo selesai, tu ikan kutuk bilang “angsa, nanti jangan lupa, saya operasi jam 11”
“ ya, nanti saya datang” kata angsa, karena memang ini pasien tanggungan angsa, skalian mo liat gimana cara timpanoplasti, namun tak disangka, si phoenix ingin laporan kasus diajukan, jadilah angsa presentasi laporan, n g bisa hadir di upacara timpanoplasti. So angsa bubi lah yang dateng ke OK (kamar operasi)

Angsa bubi bilang tu ikan kutuk cari2 angsa waktu di OK. Angsa ingkar janji rupanya. Kejam sekali…sampai ikan kutuk pulang pun dari BPI, angsa yang berjanji menjenguknya, tidak pernah datang sekalipun,,, hanya ada SMS singkat berisi “smoga lekas sembuh, dan jangan naik gunung lagi, nanti timpanoplastinya jebol lagi, kan harus dirawat lagi...” kasihan sekali ikan itu…berkali2 sms tak dibales…berkali2 telpon tak diangkat…

Maaf kan angsa…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar