Sembelit adalah keluhan
yang sering dialami oleh sebagian besar orang, dapat mengenai anak-anak, dewasa
bahkan lanjut usia. Akhir-akhir ini kejadian sembelit semakin meningkat seiring
dengan perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat. Tak jarang beberapa
orang sering mengobati sendiri keluhan sembelitnya dengan obat-obatan pencahar
yang relatif mudah dibeli di warung atau apotek.
Beberapa orang
menganggap sembelit merupakan kejadian yang biasa dan dianggap hal sepele
sehingga baru memeriksakan diri ke dokter ketika sembelit sudah berlangsung
kronik dan sudah mengganggu aktivitas sehari-hari. Beberapa pasien datang dengan keluhan buang
air besar yang bercampur darah, bukan karena sembelitnya. Padahal BAB darah
tersebut akibat dari sembelit yang berlangsung kronik. Berdasarkan penelitian,
sembelit lebih sering terjadi pada wanita dibanding laki-laki dengan
perbandingan 4:1. Dari semua pasien sembelit yang menjalani pemeriksaan
kolonoskopi sekitar 8% ditemukan keganasan usus besar (kolorektal).
Dalam dunia medis
sembelit disebut konstipasi, dimana konstipasi adalah suatu keadaan dimana
frekuensi buang air besar kurang dari 3 kali dalam seminggu. Pada konstipasi terjadi
kesulitan buang air besar karena feses yang keras. Disebut konstipasi yaitu
apabila ditemukan gejala berupa harus mengejan ketika buang air besar, terdapat
perasaan tidak puas setelah BAB seperti masih ada feses yang tertinggal,
terdapat hambatan pada dubur, dan pasien terkadang harus mengeluarkan feses
secara manual dengan tangan. Gejala yang ditimbulkan dari konstipasi tersebut
dapat berupa perasaan tak nyaman di perut dan kembung.
Penyebab
Faktor resiko
terjadinya kontipasi yaitu akibat diet rendah serat. Asupan cairan yang kurang
memadai juga menimbulkan konstipasi. Aktivitas fisik dan mobilitas yang kurang
misalnya pada pasien stroke yang harus tirah baring lama juga sering mengalami
konstipasi. Obat-obatan tertentu juga dapat menimbulkan konstipasi seperti obat
anti diare, antasida (obat maag) dan beberapa obat anti depresan.
Konstipasi juga bisa
terjadi akibat gangguan fungsional usus, dimana transit makanan dalam usus yang
lambat. Perut terasa kembung dan sebah namun tidak ada keinginan untuk buang
air besar. Kondisi ini sering terjadi pada wanita.
Konstipasi dapat
disebabkan oleh kelainan organ misalnya pada kelainan otot-otot panggul atau
kelainan sfinger ani (otot pada anus). Gejala yang muncul yaitu saat BAB
disertai mengejan, adanya feses yang tertinggal, dan bisa terdapat nyeri yang
berkepanjangan. Keadaan ini bisa diperparah oleh adanya ambeyen.
Tidak semua konstipasi merupakan
gangguan ringan, konstipasi bisa juga merupakan tanda dari suatu penyakit
ganas. Tanda bahwa konstipasi harus diwaspadai adalah ketika terdapat BAB yang
bercampur darah merah segar, adanya suatu benjolan di perut, riwayat kanker
pada keluarga, penurunan berat badan yang cepat, tidak nafsu makan karena mual
muntah kronik dan terdapat gejala anemia seperti lemah, pucat serta
berkunang-kunang. Biasanya dimulai dengan konstipasi ringan ketika terjadi
pertama kali namun semakin lama semakin memburuk. Konstipasi yang terjadi
tiba-tiba pada pasien lanjut usia juga harus diwaspadai.
Konstipasi terjadi
akibat dari sumbatan pada usus misalnya akibat tumor. Tumor yang terdapat di dalam
usus mengganggu penyerapan dan transport feses sehingga feses tidak bisa
keluar, demikian juga apabila tumor berasal dari luar usus kemudian mendesak
usus sehingga mengganggu gerak peristaltik usus.
Beberapa penyakit metabolik
juga memiliki gejala konstipasi misalnya diabetes mellitus, kekurangan hormon
tiroid, dan kondisi uremia pada pasien dengan gangguan ginjal. Kondisi
psikologis seseorang juga dapat mengalami gangguan BAB misalnya pada pasien
depresi yang sering mengalami sembelit.
Beberapa penyakit saraf
juga bisa memiliki gejala konstipasi. Pada keadaan cedera medulla spinalis atau
tumor medulla spinalis pada tulang belakang, dimana medulla spinalis juga
merupakan komponen saraf yang bertanggung jawab terhadap reflek buang air
kecil, BAB dan fungsi ereksi.
Pemeriksaan
dan Diagnosis
Penanganan konstipasi
gampang gampang susah, apabila anda merasakan sesuatu yang ganjil pada pola BAB
anda maka segera konsultasikan kepada dokter. Dokter akan menanyakan riwayat
penyakit anda dan melakukan pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan fisik akan
dilihat apakah terdapat bekas operasi, kondisi perut yang tegang dan kembung.
Dokter akan memeriksa kondisi bising usus anda apakah normal atau tidak.
Dokter akan menentukan
kapan pemeriksaan penunjang perlu dilakukan. Pemeriksaan tinja dapat dilakukan
untuk menilai kondisi feses secara makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan
darah dan elektrolit terkadang diperlukan untuk mengetahui kondisi anemia dan
gangguan elektrolit. Kondisi gangguan elektrolit yaitu hipokalemia,
hipomagnesemia dan hiperkalsemia, dapat menyebabkan konstipasi.
Foto radiologi berupa
foto abdomen dengan atau tanpa barium adalah pemeriksaan rontgen daerah perut,
pemeriksaan ini dilakukan apabila dicurigai adanya sumbatan usus penyebab
konstipasi. Beberapa pasien bahkan harus menjalani kolonoskopi apabila dirasa
perlu, kolonoskopi merupakan pemeriksaan penunjang dengan memasukan alat
endoskopi seperti kamera kedalam usus dan anus, pemeriksaan ini sensitif untuk
mengetahui adanya tumor kolorektal.
Komplikasi
Salah satu komplikasi
yang paling sering terjadi karena sembelit yaitu hemoroid. Hemoroid biasa
disebut wasir atau ambeien. Hemoroid terjadi akibat peradangan dan pelebaran
pembuluh darah disekitar anus akibat tekanan yang berlebihan karena sering
mengejan saat sembelit. Hemoroid tersebut mirip varises namun terjadi disekitar
anus. Apabila hal ini dibiarkan maka terkadang terjadi perdarahan akibat
pembuluh darah anus tersebut tergesek feses yang keras, hal ini ditandai dengan
keluarnya BAB bersama darah segar.
Terapi
Pengobatan yang paling
efektif untuk sembelit pada umumnya adalah dengan modifikasi gaya hidup dengan cara
meningkatkan aktivitas fisik dengan cara berolahraga. Pola makan juga harus
diperbaiki dengan cara meningkatkan konsumsi makanan yang banyak mengandung
serat seperti sayur dan buah. Harus minum air dalam jumlah cukup, sekitar 2 liter air putih sehari,
kecukupan air akan membuat feses tidak terlalu keras sehingga terhindar dari
sembelit. Mulailah mengatur kebiasaan buang air besar seperti
menghindari mengejan. Biasakan buang air besar secara rutin misalnya pagi hari setelah
sarapan.
Konstipasi yang
disebabkan gangguan fungsional sangat dipengaruhi gerak peristaltik usus. Perbaikan
pada fungsi peristaltik ini membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga
dibutuhkan obat yang aman dan efektif. Konsultasikan pada dokter anda bagaimana
cara memilih obat untuk sembelit yang aman, terutama untuk anak, orang tua dan
ibu hamil.